WAJAH BARU MERAPI
New Selo, 9 – 10 April 2011
“Haus wajahku diterpa angin kabut gunung, Linu kakiku lama tak injakkan pusara lukisanMu”
Hanya sekedar ajakan biasa dari Mas Ari pada Jumat 8 April, begitu mendadak tapi dikala tekad bersatu berujung pada sebuah peluang masanya ada 3 orang yaitu Anton, Ari Bean, dan Galih. Rencana sederhana kami susun berupa obrolan ringan mengenai persiapan, tujuan, target semuanya tidak tertulis. Yang pasti sabtu sore jam 4 out dari sekre dan sampai Basecamp jam 7 malam, mengenai tujuan yang pasti refreshing dan target cetho puncak to yo.
Hari sabtu jam 4 sore kok ga no wonge ki? Ternyata masih ada evaluasi kegiatan workshop. Okelah kalo gitu ngalah nunggu. Molor molor sampe jam 8 malam, ini dia upacara sederhana sekaligus pamitan plus koprol (asem belum waktunya pemanasan malah pemanasan dulu) biasa kedisiplinan dijunjung tinggi dikarenakan atribut yang tidak dipakai. Berangkat mengendarai dua motor dengan jalur magelang pertigaan blabak ke kanan arah ketep dan sebelum gardu pandang ketep ke kanan. Perjalanan memakan waktu dua setengah jam, tepatnya sampai jam 10.30.
Kondisi Basecamp Selo penuh, banyak mapala dan pendaki gunung lain yang sudah hadir. Aklimatisasi dulu kawan diselingi wejangan kopi hangat dan obrolan ceria sesama mapala, sampai larut banyak yang pada tewas (tidur) kecuali kami. Jam 02.00 dini hari kami bersiap – siap pendakian diawali berdoa dan pemanasan yang dipimpin oleh korlap (Galih), dinginpun menjadi panas berkeringat dari start jalan, hembusan angin begitu lembut menerpa kulit kami. Perjalanan yang santai memberikan kami kesempatan dengan bantuan senter melihat dampak letusan, pohon yang tumbang, cabang yang patah dan kumpulan material letusan yang membentuk gundukan keras seperti bekas adukan semen kami temui. Jam 05.00 sampai di pos 1, merah merona mengelilingi kami dihiasi hamparan permadani putih yang maha luas dan samar – samar puncak Sindoro, Sumbing, Merbabu muncul dan memandang ke arah selatan puncak merapi dengan kepulan asapnya terlihan gagah perkasa. Pak korlap mengkondisikan untuk istirahat, buka tenda, masak, sarapan, ngopi dan foto – foto pastinya. Sembari menikmati lukisan alam, sesaat rombongan pendaki lain hilir mudik di sekitar tenda kami.
Jam 09.00 kami lanjutkan perjalanan, cuaca cerah memberikan kami semangat untuk mencapai target. Pos 2, kendit, watu gajah terlihat bereda sekali, sekeliling amat gersang. Inilah mungkin wajah baru itu, dokumentasi tetap ready setiap moment yang dapat kami manfaatkan, style ala mapala dengan gaya yang berfariasi mewarnai memori camera. Jam 10.20 kami sampai di pasar bubrah, sama seperti sebelumnya wajah merapi berubah drastis, hanya hamparan batuan yang dilihat dari kejauhan berwarna putih. Sudah banyak pendaki yang sudah muncak sebelum kami dan kebetulan ada yang baru turun dari piramid merapi, kami cari info kandisi selama perjalanan hingga kami menjadi yakin untuk melanjutkan sampai target yang kami tentukan (puncak).
Jam 10.30 di pasar bubrah, persiapan ke puncak, seleksi peralatan dan logistik, ormed jalur, berdoa. Jalur yang kami lalui begitu berat walau sudah terdapat marker berupa kain hijau yang di tindih batu, tanjakan curam hampir 45 derajat, kerikil dan pasir yang menghambat kami dalam menapakkan kaki sampai tanganpun dimanfaatkan, belum lagi luncuran batu akibat langkah pijakan kami yang kadang lepas, merangkak perlahan sangat hati – hati. Sampai di pintu gerbang lapangan (puncak dulu) kami climbing sekitar 3 meter, kawah mati tak terlihat lagi, dilanjutkan melipir ke kanan mengikuti tepian tebing sekitar 200 meter dengan pijakan pasir labil, naik lagi sekitar 300 meter dengan pesona lobang atau celah yang mengepulkan belerang di sekitar pijakan kami dan sampailah di bibir kawah (puncak, 12.15). Hampir bertiga kami hanya terduduk, dikelilingi asap belerang dan kabut, sampai – sampai tidak bisa melihat bawah kawah yang terus kepulkan asapnya. Bebatuan yang diselimuti material vulkanik membentuk warna coklat seperti lumpur dan bekas hujan nampak adanya stalagtit kecil hasil material vulkanik yang digerus air. 12.25 kami turun dengan jalur yang sama, turunan menanti di depan, posisi luncuran dengan ekstra hati – hati kami lakukan, luncuran batu semakin sering terjadi hingga kami memilih medan yang lebih banya berpasir halus daripada berbatu sedang.
Sampai di Pasar bubrah jam 13.10, istirahat sejenak. Perjalanan pulang jam 13.45, kabut dan rintikan hujan mulai turun selama perjalanan pulang. Jam 16.00 sampai di gardu pandang New Selo istirahat, minum hangat dan makan. Jam 17.00 ke Basecamp, dilihat teman – teman sangat lelah dan perjalanan pulangpun membutuhkan tenaga juga maka kami memutuskan untuk istirahat di Basecamp sampai jam 20.00. Go to Sekre MDWN. Sampai jam 23.00 disambut teman – teman dengan pertanyaan yang jawabannya membuat kami senang. End
Tinggalkan komentar